Hari ini terasa complicated. Huh. Bisa-bisanya posting blog di tengah UAS kelas XII SMA? Bisa dong, bosen banget. Udah lama rasanya nggak menulis atau mengetik something that I want to share. Nggak sadar akhir-akhir ini lebih sering sharing langsung sama orang sampek ndower ngiler-ngiler. Jujur hidupku sekarang more colorful setelah setahun ini terasa hampa. You know why, caused by my disorganized feeling between bla bla bla. Merasa dihianati, jerk! Obsessed and antisocial. Saat ini mungkin aku mulai mengesampingkan itu semua. Lama-lama bisa gila hidup kaya gitu. Hahahaha cuma sekadar mengisi hidup dengan having fun seperti dulu lagi, maen suka-suka, walaupun nggak lebih dari tiga bulan lagi kayaknya mau UAN. High School is felt really amazing and I have not been satisfied. J'aime beaucoup mes amis.
Walaupun begitu bukan berarti aku udah nggak care sama nilai-nilai. Emang ada sedikit penyesalan di semester 5 ini belum maksimal tapi aku syukuri aja. Aku harus benar-benar focus pasca liburan ini. Time will catch me up. Apa mungkin karena targetku belum bulat? Aku pingin kuliah di ITB tapi fak. Apa coba? FTSL, boleh lah buat ngitung tapi kalo di lapangan ampun wis. SAPPK, really love it tapi peluang kerja katanya itu kecil. FTI, menjanjikan dan menarik tapi masih lampu kuning. Bisa jadi Akutansi UI tapi aku nggak tertarik buat belajar di Jakarta. What should I choose? Karena ketidak pastian inilah aku jadi nggak terarah, padahal aku selalu punya planning. Something wrong? I don’t know, mungkin aku harus buat analisa SWOT kaya kata Pak Ahmadila atau Bu Riyantin. Padahal hasil test bilang aku cocok dalam 1.) hitungan: kasir toko emas (oh, no!), akuntan(what’re they do?); 2.) klerikal: front office(hate it!); tukang ketik (bad :( ) ; 3.)artistic: pelukis (paint frog?); arsitek(want it). Dari kesekian itu apa coba, sebenarnya cita-citaku simple Cuma jadi orang yang berhasil, hidup tentram, penuh rezeki, duit mengalir, hidup santai, but it’s only daydream and impossible. Pastinya aku harus memilih di antara kesekian minat itu kalau aku nggak mau bernasib sama dengan orang yang aku temui kemarin Sabtu di angkot. What a pity! I consider that they don’t have any chance at that time.
0 komentar:
Posting Komentar